Kamis, 31 Oktober 2013

MAKALAH NASAB DAN KELUARGA RASULULLAH SAW

TUGAS MAKALAH
DENGAN JUDUL:
NASAB DAN KELUARGA RASULULLAH SAW
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.A 


OLEH:
ANDI MUHAMMAD IKHWAN NUR
PENDIDIKAN ULAMA’ TARJIH MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
2013






KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan Karunia-Nya sehingga penulisan makalah dengan judul “NASAB DAN KELUARGA RASULULLAH SAW” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarganya, dan para sahabat-sahabatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah SIRAH NABAWIYAH. Dalam makalah ini akan dibahas tentang silsilah keturunan NABI MUHAMMAD SAW
Manusia itu tempat salah dan lupa” dan permohonan maaf kami pribadi apabila didalam penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis.

Yogyakarta, 29 Mei 2013

Penulis





DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ i
Daftar Isi..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang................................................................................ 4
B.     Rumusan masalah........................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A.    Nasab dan Keluarga Rasulullah SAW……………………............ 6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………………………………. 10
B.     Saran……………………………………………………………... 11
DAFTAR  PUSTAKA…………………………………………………… 12
           








BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Allah subhanahu wa ta’ala telah mengutus seorang nabi sekaligus rosul tidak lain untuk menunjukkan kita sebagai umatnya ke jalan yang Allah swt ridhoi. Dia lah Muhammad Rasulullah bagi seluruh umat dan merupakan nabi terakhir serta sebagai imam para rasul-rasul terdahulu sebelumnya. Yang datang dengan membawa agama islam. Agama yang tidak akan Allah terima di hari akhir nanti selain Islam. Di tengah-tengah kehidupan jahiliah kaum Arab, Allah turunkan beliau melalui keturunan orang-orang Quraisy, yang merupakan suatu kaum yang sangat mulia pada zaman kelahirannya. Dan kemudian Allah perintahkan beliau untuk menyerukan umatnya bahwa Tuhan adalah satu, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala Tuhan seru sakalian alam yang hanya Dia lah yang patut disembah. Maka Allah jaga Muhammad sejak kelahiran hingga kenabiannya. Kelahiran yang membawa keberkahan bagi mereka yang menyayanginya dan memuliakannya, juga bagi mereka yang mendukung serta membelanya ketika berperang melawan orang-orang kafir, baik harta bahkan jiwa. Allah muliakan beliau dengan suatu Mukjizat yang begitu sempurna yang belum pernah nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya mendapatkannya, yaitu Al-Qur’an.
 Suatu kalam Allah yang dapat dijadikan suatu petunjuk dan undang-undang bagi umat dan hamba-Nya. Allah turunkan mukjizat ini secara berangsur-angsur, sembunyi-sembunyi hingga akhirnya secara terang-terangan. Berbagai celaan dan ketidakpercayaan umatnya dalam menyampaikan risalah-Nya. Namun Allah subhanahu wa ta’ala sangat menjaga beliau dari serangan-serangan umatnya yang tidak menerima risalah dan kebenarannya. Dan Allah pun telah berjanji bahwasanya kemurnian dan kebenaran Al-Qur’an tidak akan pernah berubah sebagaimana firmannya:
إِنَّ نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّ لَهُ لَحفِظُوْنَ (الحجر : 9)
        Artinya : Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Al-Hijr:9)

B.       Rumusan Masalah
    Bagaimanakah nasab keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?














PEMBAHASAN

A.       Nasab Keluarga Rasulullah SAW
Nasabnya ialah Muhammad bin Abdullah Muthallib (namanya Syaibatul Hamd) bin Hisyam bin Abdi Manaf (namanya Al-Mughirah) bin Qushayyi (namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhar bin Qinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar bin Mu’iddu bin Adnan.
Itulah batas nasab Rasulullah yang disepakati selebihnya dari yang telah disebutkan masih diperselisihkan. Akan tetapi, hal yang sudah tidak diperselisihkan lagi ialah bahwa Adnan termasuk anak Ismail, nabi Allah, bin Ibrahim, kekasih Allah. Allah telah memilihnya (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) dari kabilah yang paling bersih, keturunannya yang paling suci dan utama. Tak sedikitpun dari karat-karat jahiliyah menyusup ke dalam nasabnya.
Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda:

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى هَاشِمًا مِنْ قُرَيْشٍ وَاصْطَفَانِى مِنْ بَنِى هَاشِمٍ.
“Sesungguhnya, allah telah memilih kinanah anak dari isma’il dan memilih quraisy dari kinanah, kemudian memilh hasyim dari quraisy, dan memilihku dari bani hasyim.”
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun gajah, yakni tahun saat Abraham Al-Asyram berusaha menyerang makkah dan menghancurkan ka’bah. Allah menggagalkannya dengan mukjizat yang mengagumkan, sebagaimana diceritakan di dalam Al-qur’an. Menurut riwayat yang paling kuat, kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh pada senin malam, 12 Rabi’ul awwal. Ada juga yang berpendapat bahwa kelahiran Nabi Muhammad pada hari Senin pagi, 9 Rabi’ul Awwal tahun pertama peristiwa gajah dan empat puluh tahun masa kekuasaan kisra anusyirwan. Hal itu bertepatan dengan 20 atau 22 April 571 M. berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-Manshurfury dan peneliti astronomi Mahmud Basya.
Ibnu sa’d meriwayatkan, bahwa ibu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam.
Ahmad juga meriwayatkan dari Al-Arbadh bin Sariyah, bahwa isinya serupa dengan perkataan tersebut.
Diriwayatkan bahwa ada beberapa bukti pendukung kerasulan, bertepatan dengan kelahiran beliau, yaitu runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra, dan padamnya api yang biasa disembah orang-orang Majusi, serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah setelah gereja-gereja itu ambles ke tanah. Yang demikian ini diriwayatkan Al-Baihaqi, sekalipun tidak diakui Muhammad Al-Ghazali.
Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya, Abdullah, meninggal ketika ibunya mengandung 2 bulan. Beliau dikhitan pada hari ketujuh, seperti yang biasa dilakukan orang-orang Arab. Beliau lalu diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthathalib, dan disusukannya sebagaimana tradisi Arab waktu itu kepada seorang wanita dari Bani Sa’ad bin Bakar bernama Halimah binti Abu Dzu’aib. Dan sebelumnya disusui oleh tsuwaibah Al-Aslamiyah yang merupakan hamba sahaya Abu Lahab.
Para perawi sirah telah sepakat bahwa pedalaman Bani Saad pada waktu itu sedang mengalami musim kemarau yang menyebabkan keringnya ladang peternakan dan pertanian. Tidak lama setelah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di rumah Halimah, tinggal di kamarnya, dan menyusu darinya, menghijaulah tanaman-tanaman di sekitar rumahnya sehingga kambing-kambingnya pulang ke ladang dan sarat air susu.
Selama keberadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di pedalaman Bani Sa’ad terjadilah peristiwa pembelahan dada. Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangi Jibril, yang saat itu beliau sedang bermain-main dengan beberapa anak kecil lainnya. Jibril memegang beliau dan menelantangkanya, lalu membelah dada dan mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata :”Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu.” Lalu Jibril mencucinya di sebuah baskom dari emas dengan menggunakan air zamzam, kemudian menata dan mengembalikannya ke tempat semula. Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susunya dan berkata.”Muhammad telah dibunuh.” Mereka pun datang menghampiri beliau yang wajau beliau semakin berseri.
Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, Halimah merasa khawatir terhadap keselamatan beliau, hingga dia mengembalikan kepada ibu beliau. Maka beliau hidup bersama ibunda tercinta hingga umur enam tahun.
Aminah merasa perlu mengenang suaminya yang telah meninggal dunia. Dengan cara mengunjungi makamnya di Yatsrib. Maka dia pergi dari Mekkah umtuk menempuh jarak lima ratus kilometer, bersama putranya yang yatim, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, disertai pembantu wanitanya Ummu Aiman. Abdul muththalib mendukung hal ini. Setelah menetap selama sebulan di Madinah, Aminah dan rombongannya siap-siap untuk kembali ke Mekkah. Dalam perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa’, yang terletak antara Mekkah dan Madinah. 
Setelah itu, beliau berada dalam asuhan kakeknya Abdullah Muththalib. Perasaan kasih saying di dalam sanubari terhadap cucunya yang kini yatim piatu semakin terpupuk. Hatinya bergetar oleh perasaan kasih sayang, yang tidak pernah dirasakannya sekalipun terhadap anak-anaknya sendiri. Dia tidak ingin cucunya hidup sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan cucunya daripada anak-anaknya.
Ibnu Hasyim berkata,”Ada sebuah dipan yang diletakkan di Ka’bah untuk Abdul Muththalib. Kerabat-kerabatnya biasa duduk di sekeliling dipan itu higga bdul muththalib keluar ke sana, dan tak seorang pun di antara mereka yang berani duduk di atas dipan itu, sebagai penghormatan terhadap dirinya. Suatu kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi anak kecil yang montok, beliau duduk di dipan itu. Paman-paman beliau langsung memegang dan menahan agar tidak duduk di dipan itu. Tatkala abdul muththalib melihat kejadian ini, dia berkata “Biarkanlah anakku ini. Demi Allah, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung.” Kemudian Abdul Muththalib duduk bersama beliau di atas dipannya, sambil mengelus punggung beliau dan senantasa merasa gembira terhadap apapun yang beliau lakukan.”
Setelah usia nabi genap 8 tahun lebih dua bulan sepuluh hari, kakek beliau meninggal di dunia di Mekkah. Sebelum meninggal, Abdul Muththalib sudah berpesan menitipkan pengasuhan sang cucu kepada  pamannya Abu Thalib, saudara kandung bapak beliau.























BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Di dalam nasab Nabi saw yang mulia tersebut terdapat beberapa dalil yang jelas bahwa Allah mengutamakan bangsa Arab dari semua manusia dan mengutamakan Quraisy dari semua kabilah yang lain. Hal ini dengan jelas diriwayatkan dengan Muslim juga Tirmidzy yang semakna. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdiri di atas mimbar kemudian bersabda :

مَنْ أَنَا؟ فَقَالُوا أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ عَلَيْكَ السَّلاَمُ، فَقَالَ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ المطَّلِبِ، إِنَّ اللهَ خَلَقَ الخَلْقَ، ثمَّ جَعَلَهُمْ فِرْقَتَيْنِ فِى خَيْرِهِمْ فِرْقَةً، ثُمَّ جَعَلَهمْ قَبَائِلَ وَجَعَلَنِى خَيْرِهِمْ قَبِيْلَةً، ثمّ جَعَلَهُمْ بُيُوْتًا فَجَعَلَنِى فِى خَيْرِهِمْ بَيْتًا وَخَيْرُهُمْ نَفْسًا.
Hadits Bahira tentang Rasulullah saw, yakni hadits yang diriwayatkan oleh Jumhur Ulama Sirah dan para rawinya dan dikeluarkan oleh Tirmizy secara panjang lebar dari Hadits Abu Musa Al Asy’ari menunjukkan bahwa para ahli kitab Yahudi dan Nasrani memiliki pengetahuan tentang Bi’tsah Nabi dengan mengetahui tanda-tandanya. Ini mereka ketahui dari berita kenabiannya serta penjelasan tentang tanda-tanda dan sifat-sifatnya yang terdapat di dalam Taurat dan Injil.
Hadits mengenai permulaan wahyu merupakan asas yang menentukan semua hakikat agama dengan segala keyakinan dan syari’atnya. Memahami dan meyakini kebenaran merupakan syarat mutlak untuk meyakini semua berita gha’ib dan masalah syari’at yang dibawa Nabi saw. Sebab, hakikat wahyu ini merupakan satu-satunya faktor pembeda antara manusia yang berfikir dan membuat syari’at dengan akalnya sendiri dan manusia yang hanya menyampaikan syari’at dari Rabb-Nya tanpa mengubah, mengurangi dan menambah.

B.       Saran dan Kritik
            Makalah ini hanya sebagian kecil saja menguraikan tentang Sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Nasab hingga kenabian. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna banyak sekali kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari penyusunan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. Akhirnya penyusun mengucapkan Alhamdulillah atas terselesaikannya makalah ini. Dan mohon maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy. 2010. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Rabbani Press
Dr. Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2011. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar