TUGAS MAKALAH
DENGAN JUDUL:
NASAB DAN KELUARGA RASULULLAH SAW
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. H. Mundzirin Yusuf, M.A
OLEH:
ANDI MUHAMMAD IKHWAN NUR
PENDIDIKAN
ULAMA’ TARJIH MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
PIMPINAN PUSAT
MUHAMMADIYAH
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan Karunia-Nya sehingga
penulisan makalah dengan judul “NASAB DAN KELUARGA RASULULLAH SAW” ini dapat
terselesaikan. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para
keluarganya, dan para sahabat-sahabatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah SIRAH NABAWIYAH. Dalam makalah ini akan dibahas
tentang silsilah
keturunan NABI MUHAMMAD SAW
“Manusia itu tempat salah dan lupa” dan permohonan maaf kami pribadi
apabila didalam penulisan makalah ini banyak terdapat kesalahan. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, agar dapat memperbaiki
kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis.
Yogyakarta, 29 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................
i
Daftar
Isi.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar belakang................................................................................
4
B.
Rumusan
masalah...........................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN
A. Nasab dan Keluarga
Rasulullah SAW……………………............ 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………. 10
B. Saran……………………………………………………………... 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengutus seorang nabi sekaligus rosul tidak
lain untuk menunjukkan kita sebagai umatnya ke jalan yang Allah swt ridhoi. Dia lah
Muhammad Rasulullah bagi seluruh umat dan merupakan nabi terakhir serta sebagai
imam para rasul-rasul terdahulu sebelumnya. Yang datang dengan membawa agama
islam. Agama yang tidak akan Allah terima di hari akhir nanti selain Islam. Di
tengah-tengah kehidupan jahiliah kaum Arab, Allah turunkan beliau melalui
keturunan orang-orang Quraisy, yang merupakan suatu kaum yang sangat mulia pada
zaman kelahirannya. Dan kemudian Allah perintahkan beliau untuk menyerukan
umatnya bahwa Tuhan adalah satu, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala Tuhan seru
sakalian alam yang hanya Dia lah yang patut disembah. Maka Allah jaga Muhammad
sejak kelahiran hingga kenabiannya. Kelahiran yang membawa keberkahan bagi
mereka yang menyayanginya dan memuliakannya, juga bagi mereka yang mendukung
serta membelanya ketika berperang melawan orang-orang kafir, baik harta bahkan
jiwa. Allah muliakan beliau dengan suatu Mukjizat yang begitu sempurna yang
belum pernah nabi-nabi dan rasul-rasul sebelumnya mendapatkannya, yaitu
Al-Qur’an.
Suatu kalam
Allah yang dapat dijadikan suatu petunjuk dan undang-undang bagi umat dan
hamba-Nya. Allah turunkan mukjizat ini secara berangsur-angsur,
sembunyi-sembunyi hingga akhirnya secara terang-terangan. Berbagai celaan dan
ketidakpercayaan umatnya dalam menyampaikan risalah-Nya. Namun Allah subhanahu
wa ta’ala sangat menjaga beliau dari serangan-serangan umatnya yang tidak
menerima risalah dan kebenarannya. Dan Allah pun telah berjanji bahwasanya
kemurnian dan kebenaran Al-Qur’an tidak akan pernah berubah sebagaimana
firmannya:
إِنَّ
نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّ لَهُ لَحفِظُوْنَ (الحجر : 9)
Artinya :
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya (Al-Hijr:9)
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
nasab keluarga Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam?
PEMBAHASAN
A. Nasab Keluarga Rasulullah SAW
Nasabnya ialah Muhammad bin Abdullah Muthallib (namanya Syaibatul Hamd) bin
Hisyam bin Abdi Manaf (namanya Al-Mughirah) bin Qushayyi (namanya Zaid) bin
Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
An-Nadhar bin Qinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar
bin Mu’iddu bin Adnan.
Itulah batas
nasab Rasulullah yang disepakati selebihnya dari yang telah disebutkan masih
diperselisihkan. Akan tetapi, hal yang sudah tidak diperselisihkan lagi ialah
bahwa Adnan termasuk anak Ismail, nabi Allah, bin Ibrahim, kekasih Allah. Allah
telah memilihnya (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) dari kabilah
yang paling bersih, keturunannya yang paling suci dan utama. Tak sedikitpun
dari karat-karat jahiliyah menyusup ke dalam nasabnya.
Muslim
meriwayatkan dengan sanadnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Beliau bersabda:
إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ
إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى هَاشِمًا مِنْ
قُرَيْشٍ وَاصْطَفَانِى مِنْ بَنِى هَاشِمٍ.
“Sesungguhnya,
allah telah memilih kinanah anak dari isma’il dan memilih quraisy dari kinanah,
kemudian memilh hasyim dari quraisy, dan memilihku dari bani hasyim.”
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan
pada tahun gajah, yakni tahun saat Abraham Al-Asyram berusaha menyerang makkah
dan menghancurkan ka’bah. Allah menggagalkannya dengan mukjizat yang
mengagumkan, sebagaimana diceritakan di dalam Al-qur’an. Menurut riwayat yang
paling kuat, kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh
pada senin malam, 12 Rabi’ul awwal. Ada juga yang berpendapat bahwa kelahiran
Nabi Muhammad pada hari Senin pagi, 9 Rabi’ul Awwal tahun pertama peristiwa
gajah dan empat puluh tahun masa kekuasaan kisra anusyirwan. Hal itu bertepatan
dengan 20 atau 22 April 571 M. berdasarkan penelitian ulama terkenal,
Muhammad Sulaiman Al-Manshurfury dan peneliti astronomi Mahmud Basya.
Ibnu sa’d meriwayatkan, bahwa ibu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, “Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari
kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam.
Ahmad juga meriwayatkan dari Al-Arbadh bin Sariyah, bahwa
isinya serupa dengan perkataan tersebut.
Diriwayatkan bahwa ada beberapa bukti pendukung kerasulan, bertepatan
dengan kelahiran beliau, yaitu runtuhnya sepuluh balkon istana Kisra, dan
padamnya api yang biasa disembah orang-orang Majusi, serta runtuhnya beberapa
gereja di sekitar Buhairah setelah gereja-gereja itu ambles ke tanah. Yang
demikian ini diriwayatkan Al-Baihaqi, sekalipun tidak diakui Muhammad
Al-Ghazali.
Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim. Bapaknya,
Abdullah, meninggal ketika ibunya mengandung 2 bulan. Beliau dikhitan pada hari
ketujuh, seperti yang biasa dilakukan orang-orang Arab. Beliau lalu diasuh
oleh kakeknya, Abdul Muthathalib, dan disusukannya sebagaimana tradisi Arab
waktu itu kepada seorang wanita dari Bani Sa’ad bin Bakar bernama Halimah binti
Abu Dzu’aib. Dan sebelumnya disusui oleh tsuwaibah Al-Aslamiyah yang merupakan
hamba sahaya Abu Lahab.
Para perawi sirah telah sepakat bahwa pedalaman Bani
Saad pada waktu itu sedang mengalami musim kemarau yang menyebabkan keringnya
ladang peternakan dan pertanian. Tidak lama setelah Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam berada di rumah Halimah, tinggal di kamarnya, dan
menyusu darinya, menghijaulah tanaman-tanaman di sekitar rumahnya sehingga
kambing-kambingnya pulang ke ladang dan sarat air susu.
Selama keberadaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam di pedalaman Bani Sa’ad terjadilah peristiwa pembelahan
dada. Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam didatangi Jibril, yang saat itu beliau sedang bermain-main
dengan beberapa anak kecil lainnya. Jibril memegang beliau dan
menelantangkanya, lalu membelah dada dan mengeluarkan hati beliau dan
mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata :”Ini adalah
bagian setan yang ada pada dirimu.” Lalu Jibril mencucinya di sebuah baskom
dari emas dengan menggunakan air zamzam, kemudian menata dan mengembalikannya
ke tempat semula. Anak-anak kecil lainnya berlarian mencari ibu susunya dan
berkata.”Muhammad telah dibunuh.” Mereka pun datang menghampiri beliau yang
wajau beliau semakin berseri.
Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu, Halimah
merasa khawatir terhadap keselamatan beliau, hingga dia mengembalikan kepada
ibu beliau. Maka beliau hidup bersama ibunda tercinta hingga umur enam tahun.
Aminah merasa perlu mengenang suaminya yang telah
meninggal dunia. Dengan cara mengunjungi makamnya di Yatsrib. Maka dia pergi
dari Mekkah umtuk menempuh jarak lima ratus kilometer, bersama putranya yang
yatim, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, disertai pembantu
wanitanya Ummu Aiman. Abdul muththalib mendukung hal ini. Setelah menetap
selama sebulan di Madinah, Aminah dan rombongannya siap-siap untuk kembali ke
Mekkah. Dalam perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal
dunia di Abwa’, yang terletak antara Mekkah dan Madinah.
Setelah itu, beliau berada dalam asuhan kakeknya
Abdullah Muththalib. Perasaan kasih saying di dalam sanubari terhadap cucunya
yang kini yatim piatu semakin terpupuk. Hatinya bergetar oleh perasaan kasih
sayang, yang tidak pernah dirasakannya sekalipun terhadap anak-anaknya sendiri.
Dia tidak ingin cucunya hidup sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan
cucunya daripada anak-anaknya.
Ibnu Hasyim berkata,”Ada sebuah dipan yang diletakkan
di Ka’bah untuk Abdul Muththalib. Kerabat-kerabatnya biasa duduk di sekeliling
dipan itu higga bdul muththalib keluar ke sana, dan tak seorang pun di antara
mereka yang berani duduk di atas dipan itu, sebagai penghormatan terhadap
dirinya. Suatu kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi
anak kecil yang montok, beliau duduk di dipan itu. Paman-paman beliau langsung
memegang dan menahan agar tidak duduk di dipan itu. Tatkala abdul muththalib
melihat kejadian ini, dia berkata “Biarkanlah anakku ini. Demi Allah,
sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung.” Kemudian Abdul Muththalib
duduk bersama beliau di atas dipannya, sambil mengelus punggung beliau dan
senantasa merasa gembira terhadap apapun yang beliau lakukan.”
Setelah usia nabi genap 8 tahun lebih dua bulan
sepuluh hari, kakek beliau meninggal di dunia di Mekkah. Sebelum meninggal,
Abdul Muththalib sudah berpesan menitipkan pengasuhan sang cucu
kepada pamannya Abu Thalib, saudara kandung bapak beliau.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam nasab Nabi saw yang mulia tersebut terdapat beberapa dalil yang
jelas bahwa Allah mengutamakan bangsa Arab dari semua manusia dan mengutamakan
Quraisy dari semua kabilah yang lain. Hal ini dengan jelas diriwayatkan
dengan Muslim juga Tirmidzy yang semakna. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah berdiri di atas mimbar kemudian bersabda :
مَنْ أَنَا؟ فَقَالُوا أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ عَلَيْكَ
السَّلاَمُ، فَقَالَ أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ المطَّلِبِ،
إِنَّ اللهَ خَلَقَ الخَلْقَ، ثمَّ جَعَلَهُمْ فِرْقَتَيْنِ فِى خَيْرِهِمْ
فِرْقَةً، ثُمَّ جَعَلَهمْ قَبَائِلَ وَجَعَلَنِى خَيْرِهِمْ قَبِيْلَةً، ثمّ
جَعَلَهُمْ بُيُوْتًا فَجَعَلَنِى فِى خَيْرِهِمْ بَيْتًا وَخَيْرُهُمْ نَفْسًا.
Hadits Bahira tentang Rasulullah saw, yakni hadits
yang diriwayatkan oleh Jumhur Ulama Sirah dan para rawinya dan dikeluarkan oleh
Tirmizy secara panjang lebar dari Hadits Abu Musa Al Asy’ari menunjukkan bahwa
para ahli kitab Yahudi dan Nasrani memiliki pengetahuan tentang Bi’tsah Nabi
dengan mengetahui tanda-tandanya. Ini mereka ketahui dari berita kenabiannya
serta penjelasan tentang tanda-tanda dan sifat-sifatnya yang terdapat di dalam
Taurat dan Injil.
Hadits mengenai permulaan wahyu merupakan asas yang
menentukan semua hakikat agama dengan segala keyakinan dan syari’atnya. Memahami
dan meyakini kebenaran merupakan syarat mutlak untuk meyakini semua berita
gha’ib dan masalah syari’at yang dibawa Nabi saw. Sebab, hakikat wahyu ini
merupakan satu-satunya faktor pembeda antara manusia yang berfikir dan membuat
syari’at dengan akalnya sendiri dan manusia yang hanya menyampaikan syari’at
dari Rabb-Nya tanpa mengubah, mengurangi dan menambah.
B. Saran dan
Kritik
Makalah ini
hanya sebagian kecil saja menguraikan tentang Sirah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dari Nasab hingga kenabian. Penyusun menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna banyak sekali kesalahan dan kekurangan,
baik dari segi penulisan maupun dari penyusunan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan ilmu dan pengetahuan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca. Akhirnya penyusun
mengucapkan Alhamdulillah atas terselesaikannya makalah ini. Dan mohon maaf
atas segala kekurangan dan keterbatasan.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Muhammad
Sa’id Ramadhan Al-Buthy. 2010. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Rabbani Press
Dr. Syaikh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. 2011. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar

Tidak ada komentar:
Posting Komentar